Kapolres Sambas Menggelar Talk Show



Kapolres Sambas menggelar talk show dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Bhayangkara yang ke-66. dengan tema “  Bermitra Dalam Menangani Konflik Komunal/sosial, di Aula Whira Wijaya Mapolres Sambas, Jum’at (29/6). Yang dihadiri Wakil Bupati Sambas, DR. Pabali Musa, M.Ag, Penasehat Majelis Adat Budaya Melayu H. Darwis Mohtar, Majelis Adat Dayak A. Lingga, Ketua MUI Kab. Sambas, imam besar masjid babul jannah, tokoh agama dan tokoh masyarakat sambas.

Sumber : http://humassambas.com.

Bupati Tutup Pameran da Hiburan Rakyat







Bupati Sambas, dr. Hj. Juliarti Juhardi Alwi MPh menutup pameran dan hiburan rakyat dalam rangka Apresiasi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (PTK PAUDNI) Berprestasi  Tingkat Provinsi Kalbar tahun 2012 di Halaman Kantor Bupati Sambas, Jum,at (29/6) malam. Dalam kesuksesan pelaksanaan pameran dan hiburan rakyat, Bupati Sambas dan Wakil  Bupati Sambas, DR Pabali Musa, M.Ag memberikan penghargaan kepada Dinas Pendidikan Kab. Sambas, Sat Pol PP, Dinas Perhubungan Dan Kominfo, Dinas Kesehatan, Dinas Porabudpar, Kepala Desa Dalam Kaum Sambas, Camat Sambas, Rutan Kelas II Sambas, PDAM dan PLN Ranting Sambas.
 
Sumber : http://humassambas.com.

Insanak

Download 4Sync



Kaing Lunggi

Download 4Sync

Lagu Ki Pe Te



Download 4shared Desktop

Rang Bujang

Download 4shared Desktop

Lagu Sambas Kebanjeran

Download 4shared Desktop

Mesjid Jami Keraton Sambas


Beduk Mesjid Jami Keraton Sambas


Foto Meriam Keraton dari arah depan


Foto Keraton dari arah kanan pintu masuk


Pintu Gerbang Masuk Keraton Sambas


Mesjid Jami Keraton Sambas

Mesjid Jami Keraton Sambas
Masjid 100613-3156 sbs.jpg
Letak Sambas, Kalimantan Barat, Indonesia
Afiliasi agama Islam
Deskripsi arsitektur
Jenis arsitektur Masjid
Tahun selesai 10 Oktober 1885
Spesifikasi
Masjid Jami Keraton Sambas adalah masjid yang berada di komplek keraton Kesultanan Sambas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Masjid yang resminya bernama Masjid Sultan Muhammad Syafi'oeddin II ini tercatat sebagai masjid tertua di Kalimantan Barat.
Sejarah
Masjid Jami Keraton Sambas ini awalnya merupakan rumah sultan yang kemudian dijadikan musala. Dibangun oleh Sultan Umar Aqomuddin yang memerintah Negeri Sambas pada tahun 1702-1727 Masehi,kemudian masjid kecil itu direnovasi oleh putranya, Sultan Muhammad Saifuddin dan dikembangkan menjadi masjid jami dan diresmikan pada tanggal 10 Oktober 1885 M. Masjid ini tercatat sebagai masjid tertua di Kalimantan Barat[1].
Arsitektur
Jumlah tiang tengah bagaian dalam Mesjid Jami' berjumlah delapan batang yang bermakna pendirinya adalah Sultan ke-8 atau Sultan ke-14 garis Kesultanan Kerajaan Sambas[2]. Semua dari bangunan ini juga terbuat dari kayu belian.

Sumber :  http://id.wikipedia.org

Terbentuknya Kabupaten Sambas

Pesona Sambas >>>>>......
Setelah mengetahui sejarah terbentuknya kerajaan Sambas,sekarang giliran terbentuknya Kabupaten Sambas.
A. PEMBENTUKAN
Pemerintah Kabupaten Sambas terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 27 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Ind Th1953 Nomor 9.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 352) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia 1959 Nomor 72. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820), dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1999 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Bengkayang maka kedudukan Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas pindah dari Kota Singkawang ke Kota Sambas.

B. LETAK GEOGRAFIS
Secara geografis Kabupaten Sambas memiliki luas daratan 6.589,30 Km2 dengan dikelilingi perairan laut seluas 1.467,84 Km². Kabupaten Sambas terletak pada 2008 sampai dengan 2033 Lintang Utara dan 108004 sampai dengan 108039 Bujur Timur.

Wilayah Kabupaten Sambas terbagi atas 19 kecamatan yang terdiri dari Selakau, Pemangkat, Jawai, Tebas, Sambas, Sejangkung, Teluk Keramat, Paloh, Sajingan Besar, Galing, Subah, Tekarang, Semparuk, Sebawi, Sajad, Jawai Selatan, Tangaran, Selakau Timur dan Salatiga.
Wilayah Kabupaten Sambas secara keseluruhan berbatasan dengan:
1) Bagian utara berbatasan dengan wilayah Serawak Malaysia;
2) Bagian selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang;
3) Bagian barat berbatasan dengan Laut Natuna;
4) Bagian timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bengkayang dan wilayah Serawak Malaysia.

Kabupaten Sambas memiliki luas wilayah 6.395,70 km² atau 639.570 ha (4,36% dari luas wilayah Propinsi Kalimantan Barat), merupakan wilayah Kabupaten yang terletak pada bagian pantai barat paling utara dari wilayah propinsi Kalimantan Barat. Panjang pantai ± 128,5 km dan panjang perbatasan negara ± 97 km.Kabupaten Sambas terletak di antara 1’23” LU dan 108’39” BT

Kabupaten Sambas yang terbentuk sekarang ini adalah hasil pemekaran kabupaten pada tahun 2000. Sebelumnya wilayah Kabupaten Sambas sejak tahun 1960 adalah meliputi juga Kota Singkawang dan Kabupaten Bengkayang sekarang dimana pembentukan Kabupaten Sambas pada tahun 1960 itu adalah berdasarkan bekas wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas.

Temperatur udara rata-rata berkisar antara 22,9°C. Sampai 31,05 °C. Suhu udara terendah 21,2 °C terjadi pada bulan Agustus dan yang tertinggi 33,0 °C pada bulan Juli. Kelembaban udara relatif 81-90%, tekanan udara 1,001-1,01/Hm Bar, kecepatan angin 155 – 173 km/hari, elipasi sinar matahari 50.73%, penguapan (evaporasi ) harian antara 4,2-5,9 Hm dan evapotranspirasi bulanan 134,7 – 171,4 mm.

Sumber : http://pontianak.bpk.go.id
                 http://id.wikipedia.org

Silsilah Kerajaan Sambas

Pesona Sambas >>>>..............
Setelah kita mengetahui sejarah berdirinya kerajaan Sambas,yang pasti kita juga harus mengetahui siapa saja yang pernah menjabat sebagai raja di kerajaan Sambas tersebut. Kerajaan Sambas tersebut berdiri sejak tahun 1671,Yang sebagai sultan pertama pada saat itu adalah .......dst.
Saat ini kesultanan Sambas dijabat oleh Raden Muhammad Farhan.
Sultan-Sultan Sambas seluruhnya berjumlah 15 Sultan yaitu :
Sultan Muhammad Shafiuddin I bin Sultan Ibrahim Ali Omar Shah ( Sultan Tengah ) (1671 - 1682)
Sultan Muhammad Tajuddin bin Sultan Muhammad Shafiuddin I (1682 - 1718)
Sultan Umar Aqamaddin I bin Sultan Muhammad Tajuddin (1718 - 1732)
Sultan Abubakar Kamaluddin bin Sultan Umar Aqamaddin I (1732 - 1762)
Sultan Umar Aqamaddin II bin Sultan Abubakar Kamaluddin (1762 - 1786) dan (1793 - 1802)
Sultan Achmad Tajuddin bin Sultan Umar Aqamaddin II (1786 - 1793)
Sultan Abubakar Tajuddin I bin Sultan Umar Aqamaddin II (1802 - 1815)
Sultan Muhammad Ali Shafiuddin I bin Sultan Umar Aqamaddin II (1815 - 1828)[1]
Sultan Usman Kamaluddin bin Sultan Umar Aqamaddin II (1828 - 1832)
Sultan Umar Aqamaddin III bin Sultan Umar Aqamaddin II (1832 - 1846)
Sultan Abu Bakar Tajuddin II bin Sultan Muhammad Ali Shafiuddin I (1846 - 1854)[2]
Sultan Umar Kamaluddin bin Sultan Umar Aqamaddin III (1854 - 1866)
Sultan Muhammad Shafiuddin II bin Sultan Abubakar Tajuddin II (1866 - 1924)
Sultan Muhammad Ali Shafiuddin II bin Sultan Muhammad Shafiuddin II (1924 - 1926)
Sultan Muhammad Ibrahim Shafiuddin bin Pangeran Adipati Achmad bin Sultan Muhammad Shafiuddin II (1931 - 1944) ( Sultan Sambas Terakhir )
Pangeran Ratu Muhammad Taufik bin Sultan Muhammad Ibrahim Shafiuddin (1944 - 1984) ( Kepala Rumah Tangga Istana Kesultanan Sambas )
Pangeran Ratu Winata Kusuma bin Pangeran Ratu Muhammad Taufik (2000 - 2008) ( Kepala Rumah Tangga Istana Kesultanan Sambas )
Pangeran Ratu Muhammad Tarhan bin Pangeran Ratu Winata Kesuma (2008) sebagai Pewaris Kepala Rumah Tangga Istana Kesultanan Sambas. 
Adapun Silsilah Figur-Figur yang pernah memerintah di Kesultanan Sambas selama 279 Tahun masa pemerintahan Kesultanan Sambas yaitu dari sejak Kesultanan Sambas berdiri pada tahun 1671 M hingga berakhirnya masa pemerintahan Kesultanan Sambas dengan bergabung kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1950 M, adalah sebagai berikut :
Sultan Muhammad Shafiuddin I (Raden Sulaiman bin Sultan Tengah) Tahun : 1671 - 1682 M
Sultan Muhammad Tajuddin I (Raden Bima bin Sultan Muhammad Shafiuddin I )Tahun : 1682 - 1718 M
Sultan Umar Aqamaddin I (Raden Mulia / Meliau bin Sultan Muhammad Tajuddin I) Tahun : 1718 - 1732 M
Sultan Abubakar Kamaluddin (Raden Bungsu bin Sultan Umar Aqamaddin I) Tahun : 1732 M - 1762 M
Sultan Umar Aqamaddin II (Raden Jamak bin Sultan Abubakar Kamaluddin) Tahun : 1762 - 1786 M & 1793 - 1802 M
Sultan Muhammad Tajuddin II (Raden Ahmad / Gayong bin Sultan Umar Aqamaddin II) Tahun : 1786 - 1793 M
Sultan Abubakar Tajuddin II (Raden Mantri bin Sultan Umar Aqamaddin II) Tahun : 1802 - 1815 M
Sultan Muhammad Ali Shafiuddin I (Raden Anom / Pasu bin Sultan Umar Aqamaddin II) Tahun : 1815 - 1828 M
Sultan Usman Kamaluddin (Raden Sumba bin Sultan Umar Aqamaddin II) Tahun : 1828 - 1830 M
Sultan Umar Aqamaddin III (Raden Semar bin Sultan Umar Aqamaddin II) Tahun : 1830 - 1846 M
Sultan Abubakar Tajuddin II (Raden Ishaq bin Sultan Muhammad Ali Shafiuddin II) Tahun : 1846 - 1855 M
Sultan Umar Kamaluddin (Raden Tokok bin Sultan Umar Aqamaddin III) Tahun : 1855 - 1866 M
Sultan Muhammad Shafiuddin II (Raden Hafifuddin bin Sultan Abubakar Tajuddin II) Tahun : 1866 - 1922 M
Sultan Muhammad Ali Shafiuddin II (Raden Muhammad Arif bin Sultan Muhammad Shafiuddin II) Tahun : 1922 - 1926 M
Pangeran Bendahara Muhammad Tayeb (Raden Muhammad Tayeb bin Sultan Muhammad Shafiuddin II) Tahun : 1926 - 1931 M
Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Shafiuddin (Raden Muhammad Mulia Ibrahim bin Pangeran Adipati Achmad bin Sultan Muhammad Shafiuddin II) Tahun : 1931 - 1944
Pangeran Tumenggung Jaya Kesuma Muchsin Panji Anom (Raden Muchsin Panji Anom bin Pangeran Cakra Negara Sulaiman Panji Anom bin Pangeran Muda Nata Kesuma Abdul Muthalib bin Sultan Abubakar Tajuddin II) Tahun : 1946 - 1950 M
Gelar, Sebutan Penghormatan dan Jabatan di Kesultanan Sambas
Seluruh Sultan Sambas disamping mempunyai nama batang tubuh juga mempunyai nama gelaran seperti Raden Sulaiman bergelar Sultan Muhammad Shafiuddin I, Raden Ishaq bergelar Sultan Abubakar Tajuddin II dan lainnya.
Sultan dengan sebutan penghormatan: Sri Paduka al-Sultan Tuanku (gelar Sultan) ibni al-Marhum (nama dan gelar bapak), Sultan dan Yang di-Pertuan Sambas, dengan panggilan Yang Mulia.
Sultan yang mengundurkan diri dari Tahta mempunyai sebutan kehormatan "Yang Dipertuan Sultan" dan menggunakan nama gelarannya sewaktu menjadi Sultan misalnya : Yang Dipertuan Sultan Muhammad Shafiuddin II.
Permaisuri: Sri Paduka Ratu (gelar).
Putra Mahkota (Pewaris Resmi Kerajaan) mempunyai sebutan kehormatan "Sultan Muda" atau "Pangeran Ratu" atau "Pangeran Adipati" namun tidak mempunyai gelar, jadi langsung kepada nama batang tubuhnya / panggilannya. Putra Mahkota ini biasanya dipilih dari anak laki-laki sulung dari Permaisuri yang disebut dengan nama "Anak Gahara".
Anak Sulung Sultan dari istri bukan Permaisuri mempunyai sebutan kehormatan "Pangeran Muda".
Dibawah Sultan Sambas terdapat 4 Jabatan Wazir dengan sebutan kehormatan "Pangeran" dan mempunyai nama gelaran yaitu : Wazir I bergelar Pangeran Bendahara Sri Maharaja, Wazir II bergelar Pangeran Paku Negara, Wazir III bergelar Pangeran Tumenggung Jaya Kesuma dan Wazir IV bergelar Pangeran Laksmana. Keempat Wazir ini diketuai oleh Wazir I (Pangeran Bendahara Sri Maharaja)dan keempatnya harus berasal dari kerabat dekat Sultan Sambas dan mempunyai nasab yang sama.
Dibawah Wazir terdapat Menteri-Menteri Kerajaan dengan sebutan kehormatan "Pangeran" yang diantaranya bergelar Pangeran Cakra Negara, Pangeran Amar Diraja dan lainnya.
Dibawah Pangeran terdapat Chateria Kerajaan dengan sebutan kehormatan "Pangeran" namun tidak mempunyai nama gelaran jadi langsung kepada nama batang tubuhnya / panggilannya.
Anak-anak dari Pangeran, Pangeran Ratu atau Pangeran Adipati dan Pangeran Muda semuanya mempunyai sebutan kehormatan "Raden".
Anak-anak dari Raden mempunyai sebutan kehormatan "Urai". "Urai" dapat kemudian menjadi "Raden" tetapi dengan suatu pengangkatan secara resmi oleh Sultan.
Referensi
Kesultanan Sambas.

Sumber : Wikipedia.com

Sejarah Berdirinya Kota Sambas

Pesona Sambas >>>>
Jika anda berkunjung ke Sambas,sepertinya tidak lengkap kalau belum masuk ke Keraton Sambas,paling tidak melihat dihalaman keraton. seperti itulah bunyi suara-suara yang sering saya dengar. Karena di Keraton inilah banyak meninggalkan sejarah tentang sejarah dan latar belakang berdirinya Sambas. Buat yang belum pernah berkunjung ke Sambas mungkin dengan membaca artikel ini semoga saja bisa lebih jelas sedikit tentang keberadaan kota Sambas. Kerajaan Sambas khususnya
Kesultanan Sambas adalah sebuah kerajaan yang berdiri di kota Sambas,Kalimantan Barat. Seperti apa sejarahnya ????.....Langsung saja ke sumbernya .

Kerajaan yang bernama Sambas di Pulau Borneo atau Kalimantan ini telah ada paling tidak sebelum abad ke-14 M sebagaimana yang tercantum dalam Kitab Negara Kertagama karya Prapanca. Pada masa itu Rajanya mempunyai gelaran “Nek” yaitu salah satunya bernama Nek Riuh. Setelah masa Nek Riuh, pada sekitar abad ke-15 M muncul pemerintahan Raja yang bernama Tan Unggal yang terkenal sangat kejam. Karena kekejamannya ini Raja Tan Unggal kemudian dikudeta oleh rakyat dan setelah itu selama puluhan tahun rakyat di wilayah Sungai Sambas ini tidak mau mengangkat Raja lagi.

Pada masa kekosongan pemerintahan di wilayah Sungai Sambas inilah kemudian pada awal abad ke-16 M (1530 M) datang serombongan besar Bangsawan Jawa (sekitar lebih dari 500 orang) yang diperkirakan adalah Bangsawan Majapahit yang masih hindu melarikan diri dari Pulau Jawa (Jawa bagian timur) karena ditumpas oleh pasukan Kesultanan Demak dibawah Sultan Demak ke-3 yaitu Sultan Trenggono.

Pada saat itu di pesisir dan tengah wilayah Sungai Sambas ini telah sejak ratusan tahun didiami oleh orang-orang Melayu yang telah mengalami asimilasi dengan orang-orang Dayak pesisir dimana karena saat itu wilayah ini sedang tidak ber-Raja (sepeninggal Raja Tan Unggal) maka kedatangan rombongan Bangsawan Majapahit ini berjalan mulus tanpa menimbulkan konflik. Rombongan Bangsawan Majapahit ini kemudian menetap di hulu Sungai Sambas yaitu di suatu tempat yang sekarang disebut dengan nama “Kota Lama”.

Setelah sekitar lebih dari 10 tahun menetap di “Kota Lama” dan melihat keadaan wilayah Sungai Sambas ini aman dan kondusif maka kemudian para Bangsawan Majapahit ini mendirikan sebuah Panembahan / Kerajaan hindu yang kemudian disebut dengan nama “Panembahan Sambas”. Raja Panembahan Sambas ini bergelar “Ratu” (Raja Laki-laki)dimana Raja yang pertama tidak diketahui namanya yang kemudian setelah wafat digantikan oleh anaknya yang bergelar Ratu Timbang Paseban, setelah Ratu Timbang Paseban wafat lalu digantikan oleh Adindanya yang bergelar Ratu Sapudak. Pada masa Ratu Sapudak inilah untuk pertama kalinya diadakan kerjasama perdagangan antara Panembahan Sambas ini dengan VOC yaitu pada tahun 1609 M.

Pada masa Ratu Sapudak inilah rombongan Sultan Tengah (Sultan Sarawak ke-1) bin Sultan Muhammad Hasan (Sultan Brunei ke-9) datang dari Kesultanan Sukadana ke wilayah Sungai Sambas dan kemudian menetap di wilayah Sungai Sambas ini (daerah Kembayat Sri Negara. Anak laki-laki sulung Sultan Tangah yang bernama Sulaiman kemudian dinikahkan dengan anak bungsu Ratu Sapudak yang bernama Mas Ayu Bungsu sehingga nama Sulaiman kemudian berubah menjadi Raden Sulaiman. Raden Sulaiman inilah yang kemudian setelah keruntuhan Panembahan Sambas di Kota Lama mendirikan Kerajaan baru yaitu Kesultanan Sambas dengan Raden Sulaiman menjadi Sultan Sambas pertama bergelar Sultan Muhammad Shafiuddin I yaitu pada tahun 1675 M.

Sejarah Ringkas Kesultanan Sambas
Sebelum berdirinya Kesultanan Sambas pada tahun 1675 M, di wilayah Sungai Sambas ini sebelumnya telah berdiri Kerajaan-Kerajaan yang menguasai wilayah Sungai Sambas dan sekitarnya. Berdasarkan data-data yang ada, urutan Kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Sungai Sambas dan sekitarnya sampai dengan terbentuknya Negara Republik Indonesia adalah :
1. Kerajaan Nek Riuh sekitar abad 13 M – 14 M.
2. Kerajaan Tan Unggal sekitar abad 15 M.
3. Panembahan Sambas pada abad 16 M.
4. Kesultanan Sambas pada abad 17 M – 20 M.

Secara otentik Kerajaan Sambas telah eksis sejak abad ke 13 M yaitu sebagaimana yang tercantum dalam Kitab Negara Kertagama karya Prapanca pada masa Majapahit (1365 M). Kemungkinan besar bahwa Kerajaan Sambas saat itu Rajanya bernama Nek Riuh. Walaupun secara otentik Kerajaan Sambas tercatat sejak abad ke-13 M, namun demikian berdasarkan benda-benda arkelogis (berupa gerabah, patung dari masa hindu)yang ditemukan selama ini di wilayah sekitar Sungai Sambas menunjukkan bahwa pada sekitar abad ke-6 M atau 7 M di sekitar Sungai Sambas ini diyakini telah berdiri Kerajaan.

Hal ini ditambah lagi dengan melihat posisi wilayah Sambas yang berhampiran dengan Selat Malaka yang merupakan lalu lintas dunia sehingga diyakini bahwa pada sekitar abad ke-5 hingga 7 M di wilayah Sungai Sambas ini telah berdiri Kerajaan Sambas yaitu lebih kurang bersamaan dengan masa berdirinya Kerajaan Batu Laras di hulu Sungai Keriau yaitu sebelum berdirinya Kerajaan Tanjungpura.

Sedangkan sejarah berdirinya Kesultanan Sambas berumula di Kesultanan Brunei yaitu ketika Sultan Brunei ke-9 yaitu Sultan Muhammad Hasan wafat pada tahun 1598 M, maka kemudian putra Baginda yang sulung menggantikannya dengan gelar Sultan Abdul Jalilul Akbar. Ketika Sultan Abdul Jalilul Akbar telah memerintah puluhan tahun kemudian muncul saingan untuk menggantikan dari Adinda Sultan Abdul Jalilul Akbar yang bernama Pangeran Muda Tengah. Untuk menghindari terjadinya perebutan kekuasaan maka Baginda Sultan Abdul Jalilul Akbar membuat kebijaksanaan untuk memberikan sebagai wilayah kekuasaan Kesultanan Brunei yaitu daerah Sarawak kepada Pangeran Muda Tengah. Maka kemudian pada tahun 1629 M, Pangeran Muda Tengah menjadi Sultan di Sarawak sebagai Sultan Sarawak pertama dengan gelar Sultan Ibrahim Ali Omar Shah yang kemudian Baginda lebih populer di kenal dengan nama Sultan tengah atau Raja Tengah yaitu merujuk kepada gelaran Baginda sebelum menjadi Sultan yaitu Pangeran Muda Tengah.

Peninggalan Kesultanan Sambas
Peninggalan dari jejak Kesultanan Sambas yang masih ada hingga saat ini adalah Masjid Jami’ Kesultanan Sambas, Istana Sultan Sambas, Makam-makam Sultan Sambas dari Sultan Sambas pertama hingga Sultan Sambas ke-14 serta sebagian alat-alat kebesaran Kerajaan seperti tempat tidur Sultan terakhir, kaca hias, seperangkat alat untuk makan sirih, pakaian kebesaran Sultan, payung ubur-ubur, tombak canggah, 3 buah meriam canon di depan istana dan 2 buah meriam lele, 2 buah tempayan keramik dari negeri Tiongkok dan 2 buah kaca kristal dari Kerajaan Perancis dan Belanda. Sebagian besar barang-barang peninggalan Kesultanan Sambas lainnya telah hilang atau terjual oleh oknum tertentu, namun secara fisik jejak Kesultanan Sambas masih terlihat jelas dan terasa kuat di Sambas ini. Juga Keturunan dari Sultan-Sultan Sambas ini bertebaran di wilayah Borneo (Kalimantan) Barat ini baik di Kota Sambas, Singkawang dan Pontianak yang sebagiannya masih menggunakan gelaran Raden.


Lokasinya sendiri tepat terletak di bibir sungai Sambas, yang menjadikan pemandangan di sekitar istana ini menjadi sangat nyaman ketika ditambah dengan keasrian berbagai vegetasi yang terletak di sekitar istana tersebut. Setelah melewati sebuah gapura, para pengunjung kemudian akan disambut dengan berbagai peninggalan sejarah Kesultanan Sambas yang terletak di halaman istana, seperti tiga meriam yang seperti selalu siap untuk menjaga keberadaan istana ini. Sebelum mencapai gapura kedua, di sisi kanan para pengunjung dapat menjumpai Mesjid Jami' Sultan Syafiuddin yang kokoh hangat berdiri menyambut siapapun yang berniat untuk beribadah ke dalamnya.

Bagian dalam ruangan istana ini sendiri terbagi atas tiga bgian umum, bagian depan, bagian tengah dan bagian belakang. Dengan nuansa warna kuning khas melayu yang mendominasi di penjuru ruangan, para pengunjung dapat melihat berbagai foto, ruang kamar tempat tinggal para pengisi istana maupun bukti-bukti sejarah yang menceritakan mengenai keberadaan Kesultanan Sambas semenjak dulu. Walaupun tidak selalu berada di tempat, pengunjung dapat menemui seorang penjaga istana yang biasanya akan mau berbaik hati untuk menceritakan sekilas mengenai sejarah berdirinya istana tersebut.

Kesultanan Sambas sendiri telah berdiri cukup lama -- begitu lama hingga namanya sempat tercatat di kitab Negara Kertagama karya Prapanca. Dibangun pada 1675, Kesultanan Sambas merupakan generasi penerus dari beberapa Kerajaan Sambas yang sebelumnya telah berdiri di sisi Sungai Sambas. Pembangunannya sendiri diawali oleh pernikahan Sultan Tengah -- seorang pangeran yang berasal dari Brunei Darussalam yang kemudian masuk Islam ketika singgah di Kerajaan Matan, Tanjungpura -- dengan adik Sultan Muhammad Syafiuddin, raja Kerajaan Matan, Ratu Surya Kesuma. Sultan Tengah kemudian memboyong keluarga barunya ke kota Bangun, yang berdekatan dengan ibukota Kerajaan Sambas, kota Lama. Saat itu, Kerajaan Sambas sendiri merupakan sebuah kerajaan Hindu. Namun dengan strategi yang tepat, yaitu menikahkan putera bungsunya, Raden Sulaiman, dengan puteri Ratu Sepudak, Mas Ayu Bungsu, dari Kerajaan Sambas, perlahan-lahan kerajaan Hindu tersebut mulai berubah menjadi sebuah kesultanan Islam. Istana Alwatzikhoebillah sendiri baru mulai dibangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Syafiuddin (1931-1943), sultan ke-15 Kesultanan Sambas.

Sejak bulan Februari 2008, pemangku Istana Alwatzikhoebillah dipercayakan kepada Pangeran Ratu M. Tarhan Winata Kesuma

Sumber :  http://www.forumkami.net

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More